KOMPONEN PASIF DAN CARA MENGHITUNGNYA
Kuliah itu bukan sekedar buruh tinta atau tinggi-tinggian IPK,
Jalan saja tanggung jawabmu, lakukan tugasmu
buat masa kuliah sekeren versimu
- Quotes by me
Hello Guysssssss.... WELCOME TO MY BLOG....
Kali
ini kita akan bahas tentang Komponen Pasif nih....Tapi sebelumnya let's
see apa sih arti dari masing-masing kata itu?? Biar kita ngga
galfok alias gagal fokus yessss..... so, kuy belajar...
Jadi guys komponen sendiri artinya adalah
keseluruhan makna yang terdiri dari banyak elemen, yang masing-masing elemennya
memiliki ciri khusus yang berbeda antara satu dan lainnya.
Sedangkan pasif menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
artinya adalah bersifat menerima saja; tidak giat; tidak aktif.
Nah, jadi
dengan dua arti kata itu, kita bisa ambil kesimpulan nihh.... kalau komponen
pasif adalah komponen elektronika (karena disini kita bahas
elektronika yaaa....) yang dalam pengaplikasian atau penggunaannya tidak
memerlukan catu daya atau sumber tegangan.
Nahhh... Karena kita sekarang sudah pada tahu arti dari komponen pasif nihh...
Sekarang saatnya kita berlanjut ke JENIS-JENIS komponen pasif itu sendiri,
FUNGSINYA serta yang terpenting adalahhhh... CARA MENGHITUNGNYA.... soooo...
let's start it.....
1.
Resistor (Hambatan/
Tahanan)
Nah, jenis dari komponen pasif yang pertama ada yang namanya
RESISTOR, yang merupakan salah satu Pasive Electronic Components yang berfungsi untuk
menghambat dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian elektronika. Satuannya adalah
Ohm (Simbol = Ω). Nilai Resistor biasanya diwakili dengan kode
angka atau gelang warna yang terdapat di badan
resistor. Hambatan resistor sering juga disebut dengan Resitansi atai Resistance.
Selanjutrnya kita akan membahas tentang keluarga
atau jenis-jenis resistor nih....
Yakni merupakan resistor
yang memiliki nilai hambatan yang tetap. Batas kemampuan daya yang
dimiliki resistor misalnya 1/2 watt, 1/4 watt, 1/8 watt, 1/16 watt, dsb.
Artinya, batas daya maksimal yang dapat di operasikan resistor hanya sebatas daya-nya
itu.
SATUAN RESISTOR DAN CARA PENULISANNYA
1. 1R = 1 Ohm
2. R33 = 0,33 Ohm
3. 2R2 = 2,2 Ohm
4. 1K = 1 Kilo Ohm (1.000 Ohm)
5. 1K5 = 1,5 Kilo Ohm (1.500 Ohm)
6. 1M = 1 Mega Ohm (1.000 K Ohm atau 1.000.000 Ohm)
7. 4K7 = 4,7 Kilo Ohm (4.700 Ohm)
8. 4M7 = 4,7 Mega Ohm (4.700 KOhm, 4.700.000 Ohm)
KODE WARNA RESISTOR
Untuk mengetahui nilai resistor (Ohm) digunakan alat ukur Ohm
Meter atau dengan cara melihat gelang-gelang warna (strips) pada fisik resistor
yang umumnya terdiri dari 4 atau 5 warna. Nilai resistansi untuk daya besar
pada umumnya tidak ditentukan dengan gelang warna tetapi dengan notasi yang
ditulis langsung pada fisik resistor.
ALAT UNTUK MENGHITUR DAN
MENGUKUR RESISTOR
Alat ukur untuk mengetahui besarnya resistansi tahanan (resistor)
adalah AVO meter (Ampere, Volt, Ohm meter) atau biasa disebut dengan
multimeter. Ada dua tipe multimeter yang dapat digunakan untuk mengukur
besaran-besaran lisrtrik dan elektronik yaitu multimeter analog dan multimeter
digital.
Jika pengukuran dilakukan dengan multimeter analog, hasil
pengukuran dapat dilihat melalui pergerakan jarum meter di atas skala yang
sesuai dengan selector yang dipilih. Usahakan jarum positif dan jarum negatif
pada multimeter analog jangan sampai terbalik saat pengukuran tegangan DC
(Direct Current), disamping itu pemilihan selector dan skala pun harus tepat
karena dapat mengakibatkan rusaknya alat ukur tersebut.
Multimeter digital, meskipun lebih mahal tetapi relatif lebih aman
saat probe terbalik atau saat selector berada pada nilai terendah. Hasil
pengukuran pun lebih mudah terlihat karena tampil pada display 7 segment
seperti halnya calculator.
PERHITUNGAN RESISTOR
a.
Berdasarkan Gelang
·
Resistor Dengan 4 Gelang
Warna
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-3 atau pangkatkan
angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut
Contoh :
Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau
kalikan 105
Gelang ke 4 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000 Ohm atau
1 MOhm dengan toleransi 10%.
·
Resistor Dengan 5 Gelang
Warna
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-3
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-4 atau pangkatkan
angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut
Contoh :
Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5
Gelang ke 4 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau
kalikan 105
Gelang ke 5 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 105 * 105 = 10.500.000 Ohm
atau 10,5 MOhm dengan toleransi 10%.
b.
Berdasarkan Rangkaian
Untuk mmengetahui resistansi sebuah resistor
tentu sangat mudah, cukup dengan melihat kode warna atau notasi yang tertulis
pada fisik resistor. Apabila resistor tersebut sudah dikombinasikan dengan
resistor lain dalam sebuah
rangakaian seri, paralel, atau
seri-paralel harus menggunakan beberapa rumus sebagai dasar perhitungan.
Rangkaian Resistor Seri Rangkaian
Resistor Paralel
R Total = R1 + R2 + ... Rn
1/ R Total = 1/R1 + 1/R2 + ...
1/Rn
c.
Berdaasarkan Kode Angka
Membaca nilai Resistor yang berbentuk komponen
Chip lebih mudah dari Komponen Axial, karena tidak menggunakan kode warna
sebagai pengganti nilainya. Kode yang digunakan oleh Resistor yang berbentuk
Komponen Chip menggunakan Kode Angka langsung jadi sangat mudah dibaca atau
disebut dengan Body Code Resistor (Kode Tubuh Resistor).
Contoh :
Kode Angka yang tertulis di badan Komponen Chip Resistor adalah 4
7 3;
Contoh cara pembacaan dan cara menghitung nilai resistor
berdasarkan kode angka adalah sebagai berikut :
Masukkan Angka ke-1 langsung = 4
Masukkan Angka ke-2 langsung = 7
Masukkan Jumlah nol dari Angka ke 3 = 000 (3 nol) atau kalikan dengan
10³
Maka nilainya adalah 47.000 Ohm atau 47 kilo Ohm (47 kOhm)
Contoh perhitungan lainnya :
222 → 22 * 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm
103 → 10 * 10³ = 10.000 Ohm atau 10 Kilo Ohm
334 → 33 * 104 = 330.000 Ohm atau 330 Kilo Ohm
Ada juga yang memakai kode angka seperti dibawah ini :
(Tulisan R menandakan letaknya koma decimal)
4R7 = 4,7 Ohm
0R22 = 0,22 Ohm
Keterangan :
Ohm = Ω
Kilo Ohm = KΩ
Mega Ohm = MΩ
1.000 Ohm = 1 kilo Ohm (1 KΩ )
1.000.000 Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)
1.000 kilo Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)
b. Variabel Resistor atau Resistor Tidak
Tetap
Yakni merupakan resistor
yang resistensi atau hambatannya bisa diatur-atur. Jenisnya ada hambatan geser
(rheostat) , trimpot dan potansiometer.
·
Rheostat atau Hambatan
Geser
Adalah resistor variabel yang digunakan untuk
mengontrol arus yang mengalir dalam rangkaian atau sirkuit. Rheostat adalah
salah satu jenis potensiometer yang memiliki 2 kawat kaki untuk koneksi.
Rheostat (hambatan geser) merupakan resistor variabel yang didesain untuk
menangani arus dan tegangan yang tinggi. Oleh karena itu sebagian besar
rheostat didesain seperti resistor gulungan kawat (wirewound). Berikut ini simbol-simbol rheostat:
Rheostat sering digunakan sebagai perangkat
kontrol daya, misalnya untuk mengontrol atau mengatur intensitas cahaya
(dimmer), kecepatan motor, pemanas dan oven. Namun sekarang rheostat tidak
digunakan dalam fungsi ini lagi dikarenakan efisiensinya yang relatif rendah.
Sebagai resistor variabel rheostat sering digunakan untuk tuning dan kalibrasi
pada sirkuit. Dalam kasus ini rheostat disetel/ disesuaikan hanya selama
fabrikasi atau penyetelan sirkuit/ rangkaian (preset resistor).
·
Trimpot
Trimpot adalah sebuah resistor variabel kecil
yang biasanya digunakan pada rangkaian elektronika sebagai alat tuning atau
bisa juga sebagai re-kalibrasi. Seperti potensio juga, Trimpot juga mempunyai
3kaki selain kesamaan tersebut sistem kerja/cara kerjanya juga meyerupai
potensio hanya saja kalau potensio mempunyai gagang atau handle untuk memutar
atau menggeser sedangkan Trimpot tidak. Cara merubah nila resistensi dari
Trimpot adalah dengan cara mengetrimnya menggunakan obeng pengetriman. Dalam
rangkaian elektronika Trimpot disimbolkan dengan huruf VR. Untuk mengetahui nilai hambatan dari suatu trimpot dapat dilihat
dari angka yang tercantum pada badan trimpot tersebut.
·
Potansiometer
Potensiometer
pada prinsipnya dapat kita asumsikan sebagai gabungan dari dua buah
resistor yang dihubungkan seri (R1 dan R2), tetapi kedua resistor tersebut
nilai resistansisnya dapat diubah. Resistansi total akan selalu tetap dan nilai
ini merupakan nilai resistansi Potensiometer (Variable Resistor). Jika
resistansi R1 diperbesar dengan cara memutar potensiometer tersebut, maka
otomatis resistansi R2 akan berkurang, demikian juga sebaliknya.
Potensiometer dengan nilai 100 KOhm artinya
nilai resistansi total R1 dan R2 adalah 100 KOhm. Jika potensiometer diputar
sehingga menyebabkan R1 bernilai 40 KOhm, maka R2 akan bernilai 60 KOhm. Jika
Potensio diputar kembali sampai R1 bernilai 0 Ohm, maka R2 akan bernilai 100
KOhm. Dengan demikian Potensiometer (Variable Resistor) merupakan resistor tiga
terminal dimana terminal kedua merupakan titik sambung R1 dan R2 yang nilainya
resistansinya dapat diatur dari 0 Ohm sampai batas maksimal nilai resistansi
potensimeter tersebut.
Penerapan Potensiometer dalam rangkaian
elektronika di antaranya pada:
1. Power Amplifier: sebagai pengatur volume, bass,
dan treble
2. Equalizer: sebagai pengatur filtre frekuensi
suara
3. Power Supply (Regulator DC) : pengatur tegangan
output DC
4. Control Motor DC : pengatur kecepatan putaran
motor
5. Lamp Dimmer : pengatur intensitas cahaya
c. LDR
(Light Dependent Resistor)
Light Dependent Resistor atau disingkat dengan LDR adalah jenis
Resistor yang nilai hambatan atau nilai resistansinya tergantung pada
intensitas cahaya yang diterimanya. Nilai Hambatan LDR akan menurun pada saat
cahaya terang dan nilai Hambatannya akan menjadi tinggi jika dalam kondisi
gelap. Dengan kata lain, fungsi LDR (Light Dependent Resistor) adalah untuk
menghantarkan arus listrik jika menerima sejumlah intensitas cahaya (Kondisi
Terang) dan menghambat arus listrik dalam kondisi gelap.
Naik turunnya nilai Hambatan akan sebanding dengan jumlah cahaya
yang diterimanya. Pada umumnya, Nilai Hambatan LDR akan mencapai 200 Kilo Ohm
(kΩ) pada kondisi gelap dan menurun menjadi 500 Ohm (Ω) pada Kondisi Cahaya
Terang.
LDR (Light Dependent Resistor) yang merupakan Komponen Elektronika
peka cahaya ini sering digunakan atau diaplikasikan dalam Rangkaian Elektronika
sebagai sensor pada Lampu Penerang Jalan, Lampu Kamar Tidur, Rangkaian Anti
Maling, Shutter Kamera, Alarm dan lain sebagainya.
CARA MENGUKUR LDR DENGAN
MULTIMETER
Alat Ukur yang digunakan untuk mengukur nilai hambatan LDR adalah
Multimeter dengan fungsi pengukuran Ohm (Ω). Agar Pengukuran LDR akurat, kita
perlu membuat 2 kondisi pencahayaan yaitu pengukuran pada saat kondisi gelap
dan kondisi terang. Dengan demikian kita dapat mengetahui apakah Komponen LDR
tersebut masih dapat berfungsi dengan baik atau tidak.
·
Saat Kondisi Gelap
1. Atur posisi skala selektor Multimeter pada
posisi Ohm
2. Hubungkan Probe Merah dan Probe Hitam Multimeter
pada kedua kaki LDR (tidak ada polaritas)
3. Berikan cahaya terang pada LDR
4. Baca nilai resistansi pada Display Multimeter.
Nilai Resistansi LDR pada kondisi terang akan berkisar sekitar 500 Ohm.
·
Saat Kondisi Terang
1. Atur posisi skala selektor Multimeter pada
posisi Ohm
2. Hubungkan Probe Merah dan Probe Hitam Multimeter
pada kedua kaki LDR (tidak ada polaritas)
3. Tutup bagian permukaan LDR atau pastikan LDR
tidak mendapatkan cahaya
4. Baca nilai resistansi pada Display Multimeter.
Nilai Resistansi LDR di kondisi gelap akan berkisar sekitar 200 KOhm.
Catatan :
§ Hasil Pengukuran akan berubah tergantung pada
tingkat intesitas cahaya yang diterima oleh LDR itu sendiri.
§ Satuan terang cahaya atau Iluminasi
(Illumination) adalah lux-9
d. Thermistor (PTC
(Positive Temperatur Coefficient) dan NTC
(Negative Temperatur Coefficient))
Thermistor adalah salah satu jenis Resistor yang nilai resistansi
atau nilai hambatannya dipengaruhi oleh Suhu (Temperature). Thermistor merupakan singkatan dari “Thermal Resistor” yang artinya adalah
Tahanan (Resistor) yang berkaitan dengan Panas (Thermal). Thermistor terdiri dari 2 jenis, yaitu Thermistor NTC (Negative Temperature Coefficient) dan
Thermistor PTC (Positive Temperature
Coefficient).
CARA MENGHITUNG PTC DAN
NTC DENGAN MULTIMETER
Untuk menguji atau mengukur apakah sebuah Thermistor NTC maupun
PTC dapat berfungsi dengan baik atau tidak, kita dapat menggunakan Multimeter
Digital ataupun Multimeter Analog dengan bantuan alat pemanas seperti solder
listrik (soldering iron), Pengering rambut (Hair dryer) atau jenis-jenis
pemanas (Heater) lainnya. Selain dapat mengukur atau menguji Thermistor, kita
juga dapat membedakan jenis Thermistor yang yang kita ukur/uji tersebut apakah
merupakan jenis Thermistor PTC (Positive Temperature Coefficient) atau jenis
Thermistor NTC (Negative Temperature Coefficient).
·
Menghitung PTC
1. Atur Posisi Saklar Multimeter pada posisi Ohm
(Ω)
2. Hubungkan Probe pada Kaki Thermistor (Thermistor
tidak memiliki Polaritas)
3. Dekatkan Mata Solder (Soldering Tip) yang panas
ke Thermistor (pastikan jangan menyentuh Thermistor, karena akan merusak
bungkusan Thermistor).
4. Perhatikan Display Multimeter, nilai
Resistansinya akan naik sebanding dengan suhu tinggi disekitarnya.
Note :
* Kita juga dapat menggunakan Hair Dryer atau
pemanas lainnya untuk menaikkan suhu disekitar Thermistor.
·
Menghitung NTC
1. Atur Posisi Saklar Multimeter pada posisi Ohm
(Ω)
2. Hubungkan Probe pada Kaki Thermistor (Thermistor
tidak memiliki Polaritas)
3. Dekatkan Mata Solder (Soldering Tip) yang panas
ke Thermistor (pastikan jangan menyentuh Thermistor, karena akan merusak
bungkusan Thermistor).
4. Perhatikan Display pada Multimeter, nilai
Resistansi akan turun sebanding dengan suhu tinggi disekitarnya.
Note :
* Kita juga dapat
menggunakan Hair Dryer atau pemanas lainnya untuk menaikkan suhu disekitar
Thermistor.
Thermistor dinyatakan Rusak atau tidak dapat berfungsi sebagai
mestinya apabila saat pengukurannya terjadi kondisi seperti dibawah ini :
- Nilai pada Multimeter selalu
berada di posisi “0” saat diukur, hal ini artinya Thermistor tersebut
“Short” atau terjadi “hubungan singkat”. Nilai pada Multimeter selalu
berada di posisi “Tak terhingga / infinity” saat diukur, hal ini artinya
Thermistor tersebut “Open” atau “Putus”.
- Nilai pada Multimeter tidak
stabil atau menunjukan pada nilai tertentu tetapi tidak turun ataupun naik
maka Thermistor tersebut juga dalam kondisi Rusak.
Jika kita ingin mengetahui apakah jenis Thermistor yang diukur
tersebut adalah jenis Thermistor PTC atau NTC, maka kita dapat
mengetahuinya dengan cara membaca nilai resistansi Thermistor yang bersangkutan
pada saat diukur. Jika nilai resistansinya naik pada suhu panas, maka
Thermistor yang diukur tersebut adalah Thermistor jenis PTC. Sedangkan jika
nilai resitansinya menurun ketika suhu disekitarnya tinggi (panas) maka jenis
Thermistor tersebut adalah NTC.
2.
Kapasitor (Kondensator)
Yeyyy horeeee dan materi tentang resistor pun selesaaaaiiiii… But… now, we’ll start a now topic …
KAPASITORRRRR….. Ayoooo semangat belajarrr semuaaa… Let’s start with pengertian yessss….
Kapasitor (Capacitor)
atau disebut juga dengan Kondensator (Condensator)
adalah Komponen Elektronika Pasif yang dapat menyimpan muatan listrik dalam
waktu sementara dengan satuan kapasitansinya adalah Farad. Satuan Kapasitor tersebut diambil dari nama penemunya yaitu
Michael Faraday (1791 ~ 1867) yang berasal dari Inggris. Namun Farad adalah
satuan yang sangat besar, oleh karena itu pada umumnya Kapasitor yang digunakan
dalam peralatan Elektronika adalah satuan Farad yang dikecilkan menjadi
pikoFarad, NanoFarad dan MicroFarad.
Konversi Satuan Farad adalah sebagai
berikut :
1 Farad = 1.000.000µF
(mikro Farad)
1µF = 1.000nF (nano
Farad)
1µF = 1.000.000pF (piko
Farad)
1nF = 1.000pF (piko
Farad)
Kapasitor merupakan Komponen Elektronika yang
terdiri dari 2 pelat konduktor yang pada umumnya adalah terbuat dari logam dan sebuah Isolator diantaranya sebagai pemisah.
Dalam Rangkaian Elektronika, Kapasitor disingkat dengan huruf “C”.
JENIS-JENIS
KAPASITOR
Berdasarkan bahan Isolator dan nilainya,
Kapasitor dapat dibagi menjadi 2 Jenis yaitu Kapasitor Nilai Tetap dan
Kapasitor Variabel. Berikut ini adalah penjelasan singkatnya untuk
masing-masing jenis Kapasitor :
a.
Kapasitor Nilai Tetap
Kapasitor Nilai Tetap atau Fixed Capacitor
adalah Kapasitor yang nilainya konstan atau tidak berubah-ubah. Berikut ini
adalah Jenis-jenis Kapasitor yang nilainya Tetap :
·
Kapasitor Keramik (Ceramic Capacitor)
Kapasitor Keramik adalah Kapasitor yang
Isolatornya terbuat dari Keramik dan berbentuk bulat tipis ataupun persegi
empat. Kapasitor Keramik tidak memiliki arah atau polaritas, jadi dapat
dipasang bolak-balik dalam rangkaian Elektronika. Pada umumnya, Nilai Kapasitor
Keramik berkisar antara 1pf sampai 0.01µF.
Kapasitor yang berbentuk Chip (Chip Capasitor)
umumnya terbuat dari bahan Keramik yang dikemas sangat kecil untuk memenuhi
kebutuhan peralatan Elektronik yang dirancang makin kecil dan dapat dipasang
oleh Mesin Produksi SMT (Surface Mount Technology) yang berkecepatan tinggi.
·
Kapasitor Polyester (Polyester Capacitor)
Kapasitor Polyester adalah kapasitor yang
isolatornya terbuat dari Polyester dengan bentuk persegi empat. Kapasitor
Polyester dapat dipasang terbalik dalam rangkaian Elektronika (tidak memiliki
polaritas arah)
·
Kapasitor Kertas (Paper Capacitor)
Kapasitor Kertas adalah kapasitor yang
isolatornya terbuat dari Kertas dan pada umumnya nilai kapasitor kertas
berkisar diantara 300pf sampai 4µF. Kapasitor Kertas tidak memiliki polaritas
arah atau dapat dipasang bolak balik dalam Rangkaian Elektronika.
·
Kaasitor Mika (Mica Capacitor)
Kapasitor Mika adalah kapasitor yang bahan
Isolatornya terbuat dari bahan Mika. Nilai Kapasitor Mika pada umumnya berkisar
antara 50pF sampai 0.02µF. Kapasitor Mika juga dapat dipasang bolak balik
karena tidak memiliki polaritas arah.
·
Kapasitor Elektrolit (Electrolyte Capacitor)
Kapasitor Elektrolit adalah kapasitor yang bahan
Isolatornya terbuat dari Elektrolit (Electrolyte) dan berbentuk Tabung /
Silinder. Kapasitor Elektrolit atau disingkat dengan ELCO ini sering dipakai
pada Rangkaian Elektronika yang memerlukan Kapasintasi (Capacitance) yang
tinggi. Kapasitor Elektrolit yang memiliki Polaritas arah Positif (-) dan
Negatif (-) ini menggunakan bahan Aluminium sebagai pembungkus dan sekaligus
sebagai terminal Negatif-nya. Pada umumnya nilai Kapasitor Elektrolit berkisar
dari 0.47µF hingga ribuan microfarad (µF). Biasanya di badan Kapasitor
Elektrolit (ELCO) akan tertera Nilai Kapasitansi, Tegangan (Voltage), dan
Terminal Negatif-nya. Hal yang perlu diperhatikan, Kapasitor Elektrolit dapat
meledak jika polaritas (arah) pemasangannya terbalik dan melampui batas
kemampuan tegangannya.
·
Kapasitr Talantum
Kapasitor Tantalum juga memiliki Polaritas arah
Positif (+) dan Negatif (-) seperti halnya Kapasitor Elektrolit dan bahan
Isolatornya juga berasal dari Elektrolit. Disebut dengan Kapasitor Tantalum
karena Kapasitor jenis ini memakai bahan Logam Tantalum sebagai Terminal
Anodanya (+). Kapasitor Tantalum dapat beroperasi pada suhu yang lebih tinggi
dibanding dengan tipe Kapasitor Elektrolit lainnya dan juga memiliki
kapasintansi yang besar tetapi dapat dikemas dalam ukuran yang lebih kecil dan
mungil. Oleh karena itu, Kapasitor Tantalum merupakan jenis Kapasitor yang
berharga mahal. Pada umumnya dipakai pada peralatan Elektronika yang berukuran
kecil seperti di Handphone dan Laptop.
b.
Kapasitor Variabel
Kapasitor Variabel adalah Kapasitor yang nilai
Kapasitansinya dapat diatur atau berubah-ubah. Secara fisik, Kapasitor Variabel
ini terdiri dari 2 jenis yaitu :
·
VARCO (Variable Condensator)
VARCO (Variable Condensator) yang terbuat dari
Logam dengan ukuran yang lebih besar dan pada umumnya digunakan untuk memilih
Gelombang Frekuensi pada Rangkaian Radio (digabungkan dengan Spul Antena dan
Spul Osilator). Nilai Kapasitansi VARCO berkisar antara 100pF sampai 500pF.
·
Trimmer
Trimmer adalah jenis Kapasitor Variabel yang memiliki bentuk lebih
kecil sehingga memerlukan alat seperti Obeng untuk dapat memutar Poros
pengaturnya. Trimmer terdiri dari 2 pelat logam yang dipisahkan oleh selembar
Mika dan juga terdapat sebuah Screw yang mengatur jarak kedua pelat logam
tersebut sehingga nilai kapasitansinya menjadi berubah. Trimmer dalam Rangkaian
Elektronika berfungsi untuk menepatkan pemilihan gelombang Frekuensi (Fine
Tune). Nilai Kapasitansi Trimmer hanya maksimal sampai 100pF.
FUNGSI
KAPASITOR DALAM RANGKAIAN ELEKTRONIKA
Pada Peralatan Elektronika, Kapasitor merupakan
salah satu jenis Komponen Elektronika yang paling sering digunakan. Hal ini
dikarenakan Kapasitor memiliki banyak fungsi sehingga hampir setiap Rangkaian
Elektronika memerlukannya.Nilai Tetap dan Kapasitor Variabel. Berikut ini
adalah penjelasan singkatnya untuk masing-masing jenis Kapasitor :
Dibawah ini adalah beberapa fungsi daripada
Kapasitor dalam Rangkaian Elektronika :
§
Sebagai Penyimpan arus atau tegangan listrik
§
Sebagai Konduktor yang dapat melewatkan arus AC (Alternating
Current)
§
Sebagai Isolator yang menghambat arus DC (Direct Current)
§
Sebagai Filter dalam Rangkaian Power Supply (Catu Daya)
§
Sebagai Kopling
§
Sebagai Pembangkit Frekuensi dalam Rangkaian Osilator
§
Sebagai Penggeser Fasa
§
Sebagai Pemilih Gelombang Frekuensi (Kapasitor Variabel yang
digabungkan dengan Spul Antena dan Osilator)
CARA MENGHITUNG KAPASITOR
a.
Berdasarkan Kode Angka
Satuan Kapasitansi Kapasitor adalah Farad,
tetapi Farad merupakan satuan yang besar untuk sebuah Kapasitor yang umum
dipakai oleh Peralatan Elektronik. Oleh Karena itu, Satuan-satuan yang
merupakan turunan dari Farad menjadi pilihan utama produsen dalam memproduksi
sebuah Kapasitor agar dapat digunakan oleh peralatan Elektronika. Satuan-satuan
tersebut diantaranya adalah : Micro Farad (µF), Nano Farad (nF) dan Piko Farad
(pF ).
Berikut ini adalah ukuran turunan Farad yang
umum digunakan dalam menentukan Nilai Kapasitansi sebuah Kapasitor :
1 Farad
= 1.000.000µF (mikro Farad)
1µF = 1.000nF (nano Farad)
1µF = 1.000.000pF (piko Farad)
1nF = 1.000pF (piko Farad)
·
Cara Membaca Nilai Kaasitor
ELCO
Untuk Kapasitor Elektrolit atau ELCO, nilai
Kapasitansinya telah tertera di label badannya dengan jelas. Jadi sangat mudah
untuk menentukan nilainya. Contoh 100µF 16V, 470µF 10V, 1000µF 6.3V ataupun
3300µF 16V. Untuk lebih Jelas silakan lihat gambar dibawah ini :
Nilai Kapasitor pada gambar diatas adalah
3300µF (baca : 3300 Micro Farad)
Hal yang perlu diingat adalah Kapasitor
Elektrolit (ELCO) merupakan jenis Kapasitor yang memiliki Polaritas (+) dan (-)
sehingga perlu hati-hati dalam pemasangannya. Seperti Gambar diatas, di badan
Kapasitor juga terdapat tanda yang menunjukkan Polaritas arah Negatif (-) dari
sebuah Kapasitor Elektrolit. Disamping itu, daya tahan Panas Kapasitor juga
tertulis dengan jelas di label badannya. Contohnya 85°C dan 105°C.
·
Cara Membaca Kapasitor
Keramik, Kertas dan non-Polaritas Lainnya
Untuk Kapasitor Keramik, Kapasitor Kertas,
Kapasitor Mika, Kapasitor Polyester atau Kapasitor Non-Polaritas lainnya, pada
umumnya dituliskan Kode Nilai dibadannya. Seperti 104J, 202M, 473K dan lain
sebagainya. Maka kita perlu menghitungnya ke dalam nilai Kapasitansi Kapasitor
yang sebenarnya.
Contoh untuk membaca Nilai Kode untuk Kapasitor
Keramik diatas dengan Tulisan Kode 473Z. Cara menghitung Nilai Kapasitor
berdasarkan kode tersebut adalah sebagai berikut :
Kode : 473Z
Nilai Kapasitor = 47 x 103
Nilai Kapasitor = 47 x 1000
Nilai Kapasitor = 47.000pF atau 47nF atau
0,047µF
Huruf dibelakang angka menandakan Toleransi dari
Nilai Kapasitor tersebut, Berikut adalah daftar Nilai Toleransinya :
B = 0.10pF
C = 0.25pF
D = 0.5pF
E = 0.5%
F = 1%
G= 2%
H = 3%
J = 5%
K = 10%
M = 20%
Z = + 80% dan -20%
473Z = 47,000pF +80% dan -20% atau berkisar
antara 37.600 pF ~ 84.600 pF.
Jika di badan badan Kapasitor hanya bertuliskan
2 angka, Contohnya 47J maka perhitungannya adalah sebagai berikut :
Kode : 47J
Nilai Kapasitor = 47 x 100
Nilai Kapasitor = 47 x 1
Nilai Kapasitor = 47pF
Jadi Nilai Kapasitor yang berkode 47J adalah 47
pF ±5% yaitu berkisar antara 44,65pF ~ 49,35pF
Jika di badan Kapasitor tertera 222K maka nilai
Kapasitor tersebut adalah :
Kode : 222K
Nilai Kapasitor = 22 x 102
Nilai Kapasitor = 22 x 100
Nilai Kapasitor = 2200pF
Toleransinya adalah 5% :
Nilai Kapasitor =2200 – 5%
= 1980pF
Nilai Kapasitor = 2200 + 5% = 2310pF
Jadi Nilai Kapasitor dengan Kode 222K adalah
berkisar antara 1.980 pF ~ 2.310 pF.
Untuk Kapasitor Chip (Chip Capacitor) yang
terbuat dari Keramik, nilai Kapasitansinya tidak dicetak di badan Kapasitor
Chip-nya, maka diperlukan Label Kotaknya untuk mengetahui nilainya atau diukur
dengan Capacitance Meter (LCR Meter atau Multimeter yang dapat mengukur
Kapasitor).
b.
Berdasarkan Rangkaian
Pada kondisi tertentu, Engineer Produksi ataupun
penghobi Elektronika mungkin juga akan mengalami permasalahan tidak menemukan
Nilai Kapasitor yang dikehendakinya di Pasaran. Oleh karena itu, diperlukan
Rangkaian Seri ataupun Rangkaian Paralel Kapasitor untuk mendapatkan nilai
Kapasitansi Kapasitor yang paling cocok untuk Rangkaian Elektronikanya. Yang
dimaksud dengan Kapasitansi dalam Elektronika adalah ukuran kemampuan suatu
komponen atau dalam hal ini adalah Kapasitor dalam menyimpan muatan listrik.
Berikut ini adalah nilai Kapasitansi Standar
untuk Kapasitor Tetap yang umum dan dapat ditemukan di Pasaran :
Menurut Tabel diatas, hanya sekitar 133 nilai
Standar Kapasitor Tetap yang umum dan dapat ditemukan di Pasaran. Jadi
bagaimana kalau nilai kapasitansi yang paling cocok untuk rangkaian Elektronika
kita tidak ditemukan di Pasaran atau bukan nilai Standar Kapasitor Tetap?
Jawabannya adalah dengan menggunakan Rangkaian Seri ataupun Rangkaian Paralel
Kapasitor.
·
Rangkaian Paralel
Kapasitor (Kondensator)
Rangkaian Paralel Kapasitor adalah Rangkaian
yang terdiri dari 2 buah atau lebih Kapasitor yang disusun secara berderet atau
berbentuk Paralel. Dengan menggunakan Rangkaian Paralel Kapasitor ini, kita
dapat menemukan nilai Kapasitansi pengganti yang diinginkan.
Rumus dari Rangkaian Paralel Kapasitor
(Kondensator)
Ctotal =
C1 + C2 + C3 + C4 +
…. + Cn
Dimana :
Ctotal = Total Nilai Kapasitansi Kapasitor
C1 = Kapasitor ke-1
C2 = Kapasitor ke-2
C3 = Kapasitor ke-3
C4 = Kapasitor ke-4
Cn = Kapasitor ke-n
·
Rangkaian Seri Kapasitor
(Kondensator)
Rangkaian Seri Kapasitor adalah Rangkaian yang
terdiri dari 2 buah dan lebih Kapasitor yang disusun sejajar atau berbentuk
Seri. Seperti halnya dengan Rangkaian Paralel, Rangkaian Seri Kapasitor ini
juga dapat digunakan untuk mendapat nilai Kapasitansi Kapasitor pengganti yang
diinginkan. Hanya saja, perhitungan Rangkaian Seri untuk Kapasitor ini lebih
rumit dan sulit dibandingkan dengan Rangkaian Paralel Kapasitor.
Rumus dari Rangkaian Paralel Kapasitor
(Kondensator)
1/Ctotal = 1/C1 +
1/C2 + 1/C3 + 1/C4 + …. + 1/Cn
Dimana :
Ctotal = Total Nilai Kapasitansi Kapasitor
C1 =
Kapasitor ke-1
C2 =
Kapasitor ke-2
C3 =
Kapasitor ke-3
C4 =
Kapasitor ke-4
Cn =
Kapasitor ke-n
Catatan :
§
Nilai Kapasitansi Kapasitor akan bertambah dengan menggunakan
Rangkaian Paralel Kapasitor, sedangkan nilai Kapasitansinya akan berkurang jika
menggunakan Rangkaian Seri Kapasitor. Hal ini sangat berbeda
dengan Rangkaian Seri dan Paralel untuk Resitor (Hambatan).
§
Pada kondisi tertentu, Rangkaian Gabungan antara Paralel dan Seri
dapat digunakan untuk menemukan nilai Kapasitansi yang diperlukan.
§
Kita juga dapat menggunakan
Multimeter untuk mengukur dan memastikan Nilai Kapasitansi dari
Rangkaian Seri ataupun Paralel Kapasitor sesuai dengan Nilai Kapasitansi yang
kita inginkan.
3.
Induktor (Coil)
Finally....
Bahasan
terakhir kita adalahhhhh.... INDUKTOR.... Yuk semangat semangat.... Kuy mulai
berlajar pengertian...
So
guys,
Induktor atau yang biasa disebut juga dengan coil adalah adalah Komponen
Elektronika Pasif yang terdiri dari
susunan lilitan Kawat yang membentuk sebuah Kumparan. Pada dasarnya, Induktor
dapat menimbulkan Medan Magnet jika dialiri oleh Arus Listrik. Medan Magnet
yang ditimbulkan tersebut dapat menyimpan energi dalam waktu yang relatif
singkat. Dasar dari sebuah Induktor adalah berdasarkan Hukum Induksi Faraday. Nahhh... jadi Induktor ini guys sering banget di temukan di
rangkaian elektronika, terutama pada rangkaian yang berkaitan dengan Frekuensi
Radio.
Kemampuan Induktor atau Coil dalam menyimpan
Energi Magnet disebut dengan Induktansi yang satuan unitnya adalah Henry (H).
Satuan Henry pada umumnya terlalu besar untuk Komponen Induktor yang terdapat
di Rangkaian Elektronika. Oleh Karena itu, Satuan-satuan yang merupakan turunan
dari Henry digunakan untuk menyatakan kemampuan induktansi sebuah Induktor atau
Coil. Satuan-satuan turunan dari Henry tersebut diantaranya adalah milihenry
(mH) dan microhenry (µH). Simbol yang digunakan untuk melambangkan Induktor
dalam Rangkaian Elektronika adalah huruf “L”.
Nilai Induktansi sebuah Induktor (Coil)
tergantung pada 4 faktor, diantaranya adalah :
- Jumlah Lilitan, semakin banyak lilitannya semakin tinggi Induktasinya
- Diameter Induktor, Semakin besar diameternya semakin tinggi pula induktansinya
- Permeabilitas Inti, yaitu bahan Inti yang digunakan seperti Udara, Besi ataupun Ferit.
- Ukuran Panjang Induktor, semakin pendek inductor (Koil) tersebut semakin tinggi induktansinya.
JENIS-JENIS
INDUKTOR (COIL)
Berdasarkan bentuk dan bahan inti-nya,
Induktor dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah :
- Air Core Inductor – Menggunakan Udara sebagai Intinya
- Iron Core Inductor – Menggunakan bahan Besi sebagai Intinya
- Ferrite Core Inductor – Menggunakan bahan Ferit sebagai Intinya
- Torroidal Core Inductor – Menggunakan Inti yang berbentuk O Ring (bentuk Donat)
- Laminated Core Induction – Menggunakan Inti yang terdiri dari beberapa lapis lempengan logam yang ditempelkan secara paralel. Masing-masing lempengan logam diberikan Isolator.
- Variable Inductor – Induktor yang nilai induktansinya dapat diatur sesuai dengan keinginan. Inti dari Variable Inductor pada umumnya terbuat dari bahan Ferit yang dapat diputar-putar.
FUNGSI
INDUKTOR (COIL) DAN APLIKASINYA
Fungsi-fungsi Induktor atau Coil diantaranya
adalah dapat menyimpan arus listrik dalam medan magnet, menapis (Filter)
Frekuensi tertentu, menahan arus bolak-balik (AC), meneruskan arus searah (DC)
dan pembangkit getaran serta melipatgandakan tegangan.
Berdasarkan Fungsi diatas, Induktor atau Coil
ini pada umumnya diaplikasikan :
- Sebagai Filter dalam Rangkaian yang berkaitan dengan Frekuensi
- Transformator (Transformer)
- Motor Listrik
- Solenoid
- Relay
- Speaker
- Microphone
Induktor sering disebut juga dengan Coil
(Koil), Choke ataupun Reaktor.
CARA
MENGHITUNG INDUKTOR
Seperti halnya Komponen
Pasif lainnya (Kapasitor dan Resistor), Induktor atau Coil juga dapat dirangkai
secara seri dan paralel untuk mendapatkan nilai Induktansi yang diinginkan.
Induktor adalah komponen pasif elektronika yang terdiri lilitan kawat dan mampu
menyimpan energi pada medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik yang
melewatinya. Kemampuan penyimpanan energi pada medan magnet ini disebut dengan
Induktansi dengan satuan unitnya Henry yang dilambangkan dengan huruf “H”.
Perlu diketahui bahwa tidak
semua nilai Induktansi diproduksi secara massal oleh produsen. Oleh karena itu,
untuk mendapatkan nilai induktansi yang diinginkan kita dapat merangkai dua
atau lebih induktor secara seri maupun paralel.
Rangkaian Seri Induktor
adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari 2 atau lebih induktor yang disusun
sejajar atau berbentuk seri. Rangkaian Seri Induktor ini menghasilkan nilai
Induktansi yang merupakan penjumlahan dari semua Induktor yang dirangkai secara
seri ini.
Rumus
Rangkaian Seri Induktor
Dimana
:
Ltotal = Total Nilai
Induktor
L1 = Induktor ke-1
L2 = Induktor ke-2
L3 = Induktor ke-3
Ln = Induktor ke-n
Rangkaian Paralel Induktor
adalah sebuah rangkaian yang terdiri 2 atau lebih Induktor yang dirangkai
secara berderet atau berbentuk Paralel.
Rumus
Rangkaian Paralel Induktor
Dimana
:
Ltotal = Total Nilai
Induktor
L1 = Induktor ke-1
L2 = Induktor ke-2
L3 = Induktor ke-3
Ln = Induktor ke-n
ANDDDDDD YEYYYYYYY.... WE'VE DONEEEEE..... HORRAYYYYYY.... Dan ini udah bener-bener terakhir ya Guyssssss..... And I just want to say THANK YOU SO MUCHHHHHHHH...... MUAH MUAH MUAHHHH.... For visited my BLOG and read this BLOG.... Love you All... And see you on the next write...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar